Thursday 27 November 2014

HAPPY BIRTHDAY MY SON "ALVIAN"


Masih teringat… waktu kamu bergerak menendang-nendang perut mamamu sewaktu kamu masih di dalam kandungannya…dan aku selalu memanggilmu “Adam”

Masih teringat… saat kamu 3 bulan dalam kandungan mama mu bahwa aku memberitahukan seluruh temanku. Dengan bangga aku bercerita bahwa aku akan mempunyai harapan. Anak ini Insya Allah akan menjadi anak yang sholeh atau sholehah, berguna bagi Agama, bangsa dan negara. Itulah kata-kata yang aku ucapkan kepada teman-teman ku”

Masih teringat… ketika aku dan mama mu pontang panting mencari Rumah Sakit Bersalin dan Dokter terbaik, agar engkau lahir di dunia ini dengan selamat, sehat dan sempurna bahkan aku tak peduli berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan walau saat itu kondisi pekerjaanku sedang sangat tidak baik.

Anak ku… Hingga tiba saatnya aku menangis bahagia ketika melihat dirimu lahir dengan selamat dan sehat.
Sujud syukur aku lakukan atas karunia-Nya, sambil berdoa agar dirimu menjadi anak yang sholeh, dan berbakti.
Annaku… masih ingatkah kamu, pertama kali kamu mendengar suara Adzan berkumandang di telinga kananmu dan Iqomat di telinga kirimu..itulah suara ku. Kuberikan nama indah untukmu, doa, harapan dan cinta untukmu.

Masih teringat… pertama kali aku membersihkan kotoranmu,
Masih teringat… Ketika engkau sulit bernafas karena pilek, aku yang menyedot kotoran hidungmu dengan mulut ku sendiri.




1 tahun…2 tahun dan sekarang tak terasa usiamu sudah 3 tahun


Anak ku… kelak nanti kamu dewasa, Aku tidak mau terlalu banyak berharap kepadamu.
Semua akan berubah, sikap bumi, ucapan langit, prilaku udara, dan tujuan hidup manusia.
Engkau akan menyaksikan perubahan itu…

Anak ku… Pandai-pandailah engkau membaca semuanya.
Jadikanlah Agama Allah SWT sebagai tiang penopang kehidupan mu, kuatkanlah iman dan taqwa mu selalu.

Anak ku… Aku berusaha menjadi sebaik-baiknya lelaki (Ayah) yang mencintai mu, kakakmu juga mama mu. Mungkin terkadang sikap ku tidak sesuai dengan harapan mu, harapan kalian. Tapi yakinlah, jangan pernah meragukan akan ketulusanku dan kebesaraan cintaku kepada kalian…

Ya Allah…
Anugerahkan kepadaku kelangsungan hidup anakku, panjangkan usianya, sehatkan badannya, akhlaknya, agamanya, sejahterakan jiwa dan raganya, alirkan rezekinya melalui tanganku, anugerahkan kepadanya kecerdasan akal dan kebeningan hati.

Ya Rabb…
Berikanlah hamba kekuatan untuk dapat mendidiknya serta berbuat baik kepadanya dari sisiMu, menjadikannya lebih baik dan lebih bertakwa kepadaMu. Berikanlah semua itu dengan petunjuk, rahmat dan ridhoMu. Tunjukkan dan berikanlah yang terbaik kepadanya untuk dunia dan akhiratnya.

Ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang…
Hanya kepadaMu aku berlutut dan memohon. Hanya kepadaMu aku bertaubat dan berserah diri. Ya Allah, perkenankanlah doaku ini... Amin Ya Robbal alamin.

Kamis, 27 November 2014
SELAMAT ULANG TAHUN yang ke 3 untuk ALVIAN

     Papa mu
- Rian Irawan -

Friday 7 November 2014

Prilaku yang membuat seorang istri terperosok ke Api Neraka


Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron. Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.

Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan. Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda. Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.


1. Nusyus (tidak taat kepada suami)

Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.

Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
- Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
- Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
- Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
- Lalai dalam melayani suami
- Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
- Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
- Keluar rumah tanpa izin suami
- Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.

Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.

2. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.

Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.

3.  Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.

Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.

4. Kurang berterima kasih dan bersyukur
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan istrinya.

Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.

5. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.” Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.Ajaib!! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?

“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah? Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197). Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?

6. Mengungkit-ungkit kebaikan diri
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]

7. Sibuk di luar rumah tanpa izin suami
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.

8. Cemburu buta yang menimbulkan fitnah terhadap suami
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.

9. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.

Demikian beberapa prilaku istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Amiin Yaa Robbal’alamiin…

Sumber : Dakwatuna









Wednesday 5 November 2014

THE LEGEND OF SI PITUNG

Si Pitung illustrated by and used with the kind permission of Reza Ilyasa

Ask any person in Jakarta if they know who "Si Pitung" is and you'll probably hear them reply "Yes!" emphatically.

An Orang Betawi or descendant of the indigineous people who lived in the Batavia ( the old name of Jakarta) area during the Dutch colonial times, Si Pitung is probably the most well-known outlaw in the history of Indonesia and adored by many Indonesians even today.  However, like most folk legends, his story is a mix of historical hear-say and popular myths. Pitung was believed to have magical powers, making him impenetrable to all kinds of weapons and even bullets.

Alm. Maswan Hasan (Rawabelong)

I first heard of Si Pitung's name from my grandfather, Alm. H. Hasan Abd Hamid and my father Alm. Maswan Hasan (from Rawabelong).
According to legend, Si Pitung was a robber who roamed around Batavia and its surrounding countryside between 1886 to 1894.

He was a cunning individual and gave the Dutch a tough time by outsmarting them every time when they tried to catch him. Many words have been said and written about him but, as many of these stories are derived from legend and superstition and not rooted in documented fact, it's hard to say just how true they are. Despite this, the leaders of the Betawi community swear by Si Pitung's stories, feats and powers, some of which border on the supernatural. He is almost always portrayed as a pious Muslim and an shining example of a social justice during the criminality and banditry of the Dutch East Indies era. Sensing the great social divide in Batavia, he utilised his dexterity and guile to steal from the rich to give to the poor.

Si Pitung was born in Pengumben, a village in Rawabelong (an area in present-day West Jakarta) to Bung Piung and Mbak Pinah. Si Pitung was sent to an Islamic school run by a gentleman named Haji Naipin as both his parents hoped for him to be a religious person who would help others when he grew up. After his evening prayers every day, he would train in the martial art of Silat under the watchful eyes of Haji Naipin until he became an extremely skilled practitioner.
After Si Pitung grew up, he was asked by his father to sell two of their goats at the market in Tanah Abang (incidently around the same area where the tomb of Olivia Raffles is located - we have a writeup on that here and here). The two well-fed and healthy goats were quickly sold and he made his way home. He soon realised that the money he made had been stolen. He thought hard and recalled meeting a group of five men who had held him in conversation at the market, suspecting that one of them might have picked his pocket.


The Golok or Indonesian Machete was believed to be Si Pitung's weapon of choice

He knew right away that he would be in big trouble if he did not bring the money home safely. Flustered, he returned to the market where he found the five men. He confronted them for stealing his money and a fight soon ensued. Despite having the odds stacked against him, Si Pitung was able to overcome them with his impeccable Silat moves. It is said that his determination to recover the stolen money from the crooks gave rise to the nicknames Jago Betawi (translated as the Batavian Warrior) and Banteng Betawi (the Batavian Bull), a testament to his amazing perseverance and tenacity.

He later joined forces with three other robbers, namely Ji'ih, Rais and Jebul (from Kemandoran) to carry out their now-famous pilfering feats around Batavia. Their targets were often the wealthy Bugis, Chinese and Arabs and the gains of their robberies were given to the orphans and the poor and needy, many of whom were enslaved by debts to their rich landlords. Some say that Si Pitung was not just an individual, but a gang of seven robbers who operated under the same name. The word Pitu in means seven in Javanese, and could have gave rise to this belief as well.

with the betawi swordsman

It is said that Si Pitung's burglaries never involved any act of violence and that he never resorted to murder nor even drew a single drop of blood from his victims. His agility enabled him to enter and leave the house of the rich quietly, and he never left any trace. Si Pitung's crime soon caught the attention of like this soon attracted the attention of the police and the Dutch police commissioner, referred to as Schout Hinne* by the Betawi storytellers, in particular. Scores of heavily armed men, guards and policemen were ordered to capture and lock up Si Pitung for good.

*Schout Hinne (literally Sheriff Hinne in Dutch) in these stories is most likely an actual police officer named Adolf Wilhelm-Verbond Hinne who was stationed in Batavia between 1888 to 1912.
The house of Si Pitung which I mentioned earlier actually belonged to a wealthy landowner in Marunda (a village north-east of Batavia) named Haji Sapiudin, who was a Bugis himself. The story of how it became Si Pitung's house is rather interesting.

The most popular version tells of how Si Pitung used a clever ruse to trick Haji Sapiudin out of his money in the year 1892. Disguised as civil servants, they visited the house and handed Haji Sapiudin a letter instructing him to place his money at their disposal, offering an excuse that he was under suspicion of forgery. Therefore, they were there to collect the money, which had to be taken to the office of the Demang (the village head) to have its authenticity checked. Since such checks were common under the Dutch at that time, Haji Sapiudin naturally complied with the request and Si Pitung made off with his money.

Si Pitung's House

 Haji Sapiudin later found out that he had been conned by Pitung's band of bandits, but instead of turning to the authorities for help, the patient Haji Sapiudin decided to investigate the reasons behind Pitung's actions and before long, he learnt all about Pitung's valiant deeds. A person with a kind heart himself, Haji Sapiudin then decided to allow the Betawi Bandit to use his house as a hideout, which Pitung did for several years before his unfortunate death.
The details of Pitung's eventual capture and death in 1912 is pretty murky, and there are several versions which Betawi storytellers tell off. One says that Pitung lost his mysterious powers after he cut his hair, resulting in his capture, while another says that he was killed by an egg thrown by a Dutch official, supposedly the only item which could penetrate his magical impenetrable skin. The most popular version, which was later used in a movie, depicts Pitung being killed by bullets made of gold; similarly his magical armour was broken by the golden bullets.


..to be Continued..


Monday 3 November 2014

FOR MY SON "ALVIAN"


Di saat aku tua nanti, bukan lagi diriku yang dahulu.
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.

Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku dan di saat aku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu.
Ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya.

Di saat aku dengan pikun mengulang terus menerus ucapan yang membosankan mu
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku. Di masa kecilmu, aku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi.

Di saat aku membutuhkanmu untuk memandikanku.
Janganlah menyalahkanku. Ingatkah di masa kecilmu, bagaimana aku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?

Di saat aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern.
Janganlah mentertawaiku, renungkanlah bagaimana aku dengan sabarnya menjawab setiap "mengapa" yang engkau ajukan di saat itu.

Di saat kedua kakiku terlalu lemah untu berjalan.
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku, Bagaikan di masa kecilmu aku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.

Di saat aku melupakan topik pembicaraan kita.
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya, Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada di sisiku untuk mendengarkanku, aku telah bahagia.

Di saat engkau melihat diriku menua.
Janganlah bersedih, maklumilah diriku, dukunglah daku, bagaikan daku terhadapmu di saat engkau mulai belajar tentang kehidupan...

"DULU aku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah aku hingga akhir jalan hidupku. Berilah aku cinta kasih dan kesabaranmu, Aku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur. Di dalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu Anaku"

......

.:Ayahmu:.

PAHALA BUAT SEORANG ISTRI

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

Diriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW mendapati Siti Fatimah r.a. Puteri tercintanya sedang menggiling gandum sambil menangis. Kemudian Rasulullah SAW menghampirinya seraya bertanya kenapa dirinya menggiling gandum sambil menangis.

Dengan terbata-bata, Siti Fatimah menjelaskan kepada Ayahandanya bahwa pekerjaan menggiling gandum dan semua pekerjaan rumah tangga yang dilakukannya setiap hari membuat dirinya bosan. Makanyanya ia menangis.

Mendengar cerita Puteri kesayangannya, maka Rasulullah SAW segera mengambil penggilingan gandum tersebut sambil mengucapkan Bismillah.

Ajaibnya, atas izin Allah SWT tiba-tiba saja penggilingan gandum itu berputar dengan sendirinya. Lalu terdengar dari penggilingan yang terbuat dari batu itu BERTASBIH sambil menggiling gandum yang dilemparkan Rasulullah SAW. Tak begitu lama penggilingan itu berputar, kemudian Rasulullah SAW memintanya untuk berhenti berputar. Atas izin Allah SWT seketika penggilingan itu berhenti berputar dengan sendirinya. SubhanAllah..

Kemudian Rasulullah SAW menoleh kepada Siti Fatimah, Puterinya dan Bersabda :

"Jika Allah menghendaki, maka penggilingan itu berputar untuk Puterinya. Tapi itu terjadi karena Allah menghendaki beberapa kebaikan yang ditulis dan beberapa kesalahan yang dihapuskan dari Fatimah dan dinaikkan-Nya untuk puteri Nabi itu beberapa derajat lebih tinggi."

Lalu Rasulullah SAW memberi nasehat kepada Siti Fatimah dengan menjelaskan beberapa kebaikan (pahala) yang bakal didapat setiap wanita (isteri) jika ia ikhlas penuh kesabaran menjalankan tugas dan tanggung jawab kehidupan rumah tangganya. Diantaranya :

"Jika seorang wanita melayani suaminya sehari semalam dengan baik hati, ikhlas serta dengan hati yang benar, maka Allah akan mengampuni segala dosanya dan akan dicatat untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya dengan seribu kebaikan dan dikaruniakan seribu pahala haji dan umroh." (H.R. Abu Daud)

Kemudian Rasulullah bersabda kembali :

"Ketika seorang suami pulang ke rumah, kemudian sang isteri menyambutnya dengan sebuah senyuman, dan bersegera menjulurkan tangannya untuk mengambil tangan suaminya, maka dosa-dosa mereka berdua serta merta berguguran sebelum kedua tangan mereka dilepaskan." (H.R. Abu Daud)
SubhanAllah..
Betapa mudah sebenarnya jalan menuju Surga Allah bagi seorang isteri. Betapa mudah sebenarnya bagi seorang isteri mendapat ridha dari suaminya. Yang pada akhirnya ridha Allah pun bakal ia dapatkan.

Sebuah pertanyaan sederhana.
Kenapa hal-hal yang begitu mudah dilakukan tersebut masih terasa berat dilakukan oleh sebagian kaum wanita? Bahkan tak jarang mereka lebih banyak menuntut kepada suaminya dibandingkan dengan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang isteri?

Akhirnya semoga catatan singkat ini bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya untuk kaum wanita.


Lakukan setiap hari untuk mu para istri:

  1. Sekali suami minum air yang disediakan oleh istrinya adalah lebih baik dari pada berpuasa setahun.
  2. Makanan yang disediakan oleh istri kepada suaminya lebih baik dari pada istri itu mengerjakan haji dan umroh.
  3. Mandi junub si istri disebabkan jimak oleh suaminya lebih baik baginya daripada mengorbankan 1.000 ekor kambing sebagai sedekah kepada fakir miskin.
  4. Apabila istri hamil ia dicatatkan sebagai seorang syahid dan khidmat kepada suaminya sebagai jihad.
  5. Pemeliharaan anak yang baik terhadap anak-anak adalah menjadi benteng neraka,pandangan yang baik dan harmonis terhadap suami adalah menjadi tasbih (dzikir).
  6. Tidak akan putus ganjaran dari Allah kepada seorang istri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya.
  7. Apabila meninggal dunia seorang dan suaminya ridha niscaya ia masukan ke surga.(HR.Tarmidzi).
  8. Seseorang wanita apabila ia mengerjakan shalat yang difardhukan diatas,berpuasa pada bulan ramadhan,menjaga kehormatan dirinya dan taat kepada suaminya maka berhaklah ia masuk surga dari mana-mana pintu yang ia suka.

SUBHANALLAH....

SYEKH SITI JENAR

Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.

Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun.

Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. Kesultanan Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani.

Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad.

Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.
Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu:

1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya

2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya,

3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara

4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman.

Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.

Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun.

Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah:

1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….

2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy.

3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”.

4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.

5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama.” Tidak bisa diterima akal sehat.

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:

1. Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]

2. Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]

3. Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]

Wahai kaum muslimin...melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati....jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam.

IF TOMORROW NEVER COMES


For My Father


Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.

Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya,  Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.

Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.

Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?
Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.

Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.
Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.

Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”

Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.


Agustus 2014
Mario Teguh