Monday, 9 March 2015

FOR MY SON eps 2

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Setelah memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT dan Shalawat kepada Rasul-nya, Keluarganya yang suci serta sahabatnya yang baik, ketahuilah wahai anakku, bahwa kesehatanku kian hari kian berkurang. Sedang waktu terus berlalu, kematian kian mendekat, membuat aku sadar untuk membekali kalian dengan pengalaman mengenai pasang surut kehidupan, mengenai kenyataan hidup dan kehidupan.
Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menuliskan nasehat ini untukmu.

Anakku sayang, engkau bagian dari tubuh dan jiwaku. Pada saat kau sedang terlelap tidur, aku sering kali memandangmu, dan aku merasa memandang pada diriku sendiri. Jika suatu bencana menimpamu, aku merasa itu terjadi pada diriku, kesedihanmu adalah kesedihanku. Deritamu adalah deritaku.

Bagaimanapun sayangku padamu, pasti suatu saat kita akan berpisah ketika Malaikat maut menjemputku nanti. Berat nian kelak perpisahan ini. Namun, yakinlah bila engkau turuti wasiatku, kita akan berkumpul sekeluarga di surga Allah dengan kemesraan yang sangat menyenangkan. Insya Allah... Amin!

Anakku sayang, berusahalah untuk memahami wasiatku ini, renungkanlah jangan kau abaikan. Aku menyadari bahwa aku telah semakin tua dan merasa semakin lemah. Sebelum kematian menjemputku, ingin kusampaikan kepadamu wasiatku ini. Aku tak ingin meninggalkan dirimu tanpa pegangan.

Jiwa seorang anak bagaikan tanah kosong yang menerima dan menumbuhkan apa saja yang ditanam. Oleh karena itu, sebelum pikiranmu kehilangan kesegaran, sebelum hatimu keras, sebelum ada permasalahan dan agar engkau tidak dituntut di pengadilan dunia maupun akhirat.

Wasiatku yang terutama untukmu wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah SWT. Jadikanlah hamba Allah yang shaleh. Jaga pikiran-mu kepada-NYA selalu.

Anakku sayang, hidupkanlah hati dan pikiranmu dengan menerima ajaran Islam. Jadikanlah keshalehan sebagai pemandu keinginanmu. Binalah budi pekertimu dengan keyakinan yang tulus pada agama Allah. Taklukan keinginan pribadimu dengan mengingat kematian. Insyafilah, bahaya nafsu menimpa orang-orang yang lupa akan adanya kematian, kini sebagian mereka menderita di penjara jiwanya dan digelapkan hatinya.

Anakku sayang, sadarilah akan kefanaan hidup dan segala kesenangan dunia. Jangan lalai mempersiapkan tempat tinggalmu yang akan datang di akhirat. Jangan korbankan yang kekal dengan kesenangan dunia yang semu. Segala apa di dunia ini akan berlalu. Dekatilah tuhan-mu. Renungkanlah nasehatku ini wahai anakku. Renungkanlah sayang..
Jika engkau ingin hidup tenang, janganlah menginginkan yang tidak ada. Nikmatilah apa yang ada di tanganmu; nikmati pemandangan indah, makanan, buah-buahan dan segala yang indah dan halal, jangan mencampakan rizqi yang ada karena mendambakan yang belum ada. Tapi jauhilah apapun yang haram. Dengan begitu, engkau akan terbebas dari penjajah nafsu. Engkau bebas dari jeratan setan, sehingga pikiran menjadi lega dan tenang.
Perasaan tenang akan dapat membentuk keinginan untuk membina kehidupan yang Thoyyibah di dunia dan selamat di akhirat selamanya.

Anakku sayang, uruslah dan siapkan diri untuk membina sakratul maut saat tercabut serabut nyawa dari badan. Lalu saat diurug tanah dipendam di lahat, kemudian ditinggalkan sendirian di kubur,aduh, sulit kita bayangkan. Setelah itu, berada di alam Barzah, padang Mahsyar, timbangan amal, peradilan dari yang maha.

Anakku sayang, berjuanglah demi mempertahankan iman dan islam. Jangan khawatir jika orang mengejekmu dan memfitnahmu. Janganlah ragu untuk membela kebenaran. Hadapilah dengan sabar segala penderitaan yang menimpa dirimu. Binalah kesabaran dalam menghadapi kesulitan. Kesabaran merupakan salah satu akhlak mulia. Bersandarlah hanya kepada Allah SWT, mohonlah senantiasa perlindungan-Nya, karena Allah SWT sebaik-baiknya pelindung.

Tumpukanlah ibadahmu, permohonanmu, harapanmu dan kecemasanmu hanya kepada Allah SWT. Mintalah petunjuk-Nya sesering mungkin, dan perbanyaklah shalat malam. Pasti Allah akan menyayangimu dan membimbingmu..

Anakku sayang, berupayalah dan bersungguh sungguhlah dalam menuntut ilmu, kuasailah segala bidang ilmu. Milikilah pengetahuan yang menyeluruh mengenai hukum-hukum Islam. Dan hendaknya engkau mampu menciptakan ilmu untuk kesejahteraan bangsa.
Sebaik-baiknya pengetahuan adalah yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Jadilah engkau manusia yang senantiasa berbuat kebaikan kepada setiap orang, jadikan dunia ini ladang untuk menanam kebaikan. Pasti di akhirat engkau akan menuainya.

Aku ingin engkau menjadi manusia yang berakhlak mulia, berjiwa besar, jujur serta bening pikiran maupun perasaanmu, sehingga tiada kebencian sedikit pun dalam hatimu terhadap sesama mahluk Allah, terlebih terhadap sesama muslim.
Ketahuilah anakku sayang, bahwa sebaik-baik wasiat adalah taqwa kepada Allah SWT, bersungguh-sungguhlah menjalankan tugas yang diwajibkan-Nya secara jujur.

Jangan biarkan dirimu diombang-ambingkan golongan setan, tapi ikuti, pelajari dan pegang erat-erat kitab suci Al-Qur’an dan sunnah nabi. Kemudian dekatkan dirimu kepada tuhanmu dan kepada orang-orang shaleh yang dekat dengan Allah. Sebab sepandai apapun orang beragama. Tidak mungkin selamat tanpa tuntunan Allah SWT dan bimbingan orang shaleh.
Ingatlah, dalam berusaha mohonlah tuntunan Allah SWT. Bersihkanlah hatimu dan pusatkan pikiranmu (berdzikir) saat hendak menyelesaikan masalah. Karena jika perasaan dan pikiranmu belum terbebas dari nafsu, maka engkau akan membuta tuli dalam menyelesaikan masalah hingga akan menyebabkan sengsara. Dalam keadaan seperti itu, yang terbaik adalah berhenti sejenak.

Anakku sayang, perhatikan baik-baik wasiatku ini. Dan ketahuilah, bahwa Allah SWT adalah penguasa hidup dan penguasa maut, Dia-lah pencipta sekaligus pemusnah, Dia yang menghidupkan, memusnahkan dan akan menghidupkan kembali, Dia yang mengirim bencana dan hanya Dia pula yang dapat menyelamatkan. Dia pemilik jagad raya. Dia ada tanpa diadakan. Dia yang mengadakan dan melahirkan segala yang ada. Dia tidak pernah tidak ada. Tidak sama dengan apapun. Tidak serupa siapapun. Dia pemilik segala yang ada. Sembahilah Dia! Dia Allah, tidak ada yang dipertuhankan selain Allah.
Ingatlah, bahwa alam semesta ini berjalan di bawah hukum-hukum Allah SWT. Allah ciptakan di dalamnya sebab dan akibat, sakit dan sehat, penderitaan dan kenikmatan dan sebagainya.

Anakku sayang! Sadarlah akan minimnya pengetahuan kita, ada banyak hal di dunia ini yang berada di luar jangkauan ilmu manusia. Oleh karena itu, dekatilah Tuhan yang telah menciptakanmu, yang menjamin rizqimu sejak didalam perut ibu hingga kini, yang menyempurnakan rupa dan bentukmu. Hendaknya engkau bersujud, menyembah dan bermohon hanya kepada-nya saja. Laa Illaaha Illa Allah. Tidak ada yang kupertuhankan selain Allah.

Anakku sayang, engkau adalah anak yang shaleh dan bertaqwa, aku yakin engkau akan mendapatkan bimbingan dan pertolongan Illahi (Taufiq dan Hidayahnya) dalam mencapai tujuanmu. Aku sangat berharap agar engkau berjanji pada dirimu sendiri untuk bersungguh-sungguh mengikuti nasehatku ini karena aku tak rela berpisah denganmu wahai belahan jiwaku kelak setelah wafat. Jika engkau mendapat ampunan Allah lebih dahulu di akhirat, mintalah syafa’at agar kami mendapat ampunan. Katakan kepada Allah bahwa engkau ingin berkumpul bersama orang tua yang sangat menyayangimu ini. Aku berjanji, Jika aku telah terlebih dahulu mendapat ampunan Allah, aku akan sujud dan menyampaikan kepada Allah bahwa aku tak tahan di surga tanpa anakku yang amat aku kasihi. Aku akan mengemis kepada Allah agar dikumpulkan bersamamu, Ya Allah.

Anakku sayang, bertaqwalah dan jaga diri baik-baik agar kita dapat berkumpul bersama dalam kehidupan yang indah tanpa marah, hidup dengan senyum ramah, tanpa penyakit, tanpa susah dalam kedamaian yang mesra. Semua selalu ramah, selalu mesra dan semua serba indah. Insya Allah.
Mungkin saat kau membaca wasiat ini aku sudah kembali kepada tuhanku, jangan lupa do’amu untukku selalu. Jaga dan bantulah saudara-saudaramu.
Renungkanlah wasiatku ini wahai anakku, peluk ciumku serta doaku selalu untukmu.

-Papa'mu-
Maret 2015

No comments:

Post a Comment